Hi, readers!
Kali
ini saya akan berbagi pengalaman KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa sendiri, desa
Sihotang Hasugian Tonga, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan. KKN
di desa sendiri adalah salah satu bentuk respon Universitas Negeri Medan dalam
upaya pencegahan penularan Covid-19.
Awalnya,
pilihan untuk KKN di desa sendiri bukanlah keinginan kami. Alasannya adalah KKN
di desa sendiri tidak memerlukan adanya pengenalan awal dengan lingkungan dan masyarakat
desa. Tidak perlu ada proses penyesuaian diri lagi, karena sudah terbiasa
bersosialisasi dengan masyarakat di lingkungan desa.
Hipotesis
sederhananya adalah : Tidak ada kesan yang didapat dari KKN di desa sendiri. Hingga pada akhirnya kami menemukan banyak kesan yang cukup sulit untuk kami gambarkan.
Sebelumnya, saya akan memperkenalkan teman – teman anggota KKN Desa Sihotang Hasugian Tonga. Adapun tim KKN ini beranggotakan mahasiswa Universitas Negeri Medan dan Universitas Katolik Sumatera Utara.
- Hengki Irwanto Sihotang : Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Medan
- Fetti Ferayanti Tinambunan : Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan
- Andrie Hasugian : Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Medan
- Yohana Adriana Tumanggor : Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan
- Josua Andrianto Hasugian : Sistem Informasi Universitas Katolik Sumatera Utara
- Angela Wulandari Hasugian : Pendidikan Sendratasik Universitas Negeri Medan
Melaksanakan program KKN seminggu di Dusun Nambadia
Dari
jurusan yang beragam, kami belajar untuk saling berkolaborasi dan dengan
dukungan dari pihak desa Sihotang Hasugian Tonga pada akhirnya kami memutuskan
untuk membuat berbagai program kerja yang sederhana, salah satunya yaitu
Edukasi Covid-19 dan Mengajar di Dusun Nambadia selama seminggu.
Mengapa harus Dusun Nambadia?
Dusun Nambadia, salah satu dusun yang merupakan bagian dari desa Sihotang Hasugian Tonga. Namun kalau boleh jujur, beberapa diantara kami belum pernah kesana sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah karena akses jalan yang susah untuk sampai kesana.
Alasan
memilih Dusun Nambadia adalah karena adanya keinginan untuk mengeksplor hal
yang baru, beradaptasi dengan lingkungan yang baru, dan ingin berbagi sesuai
dengan porsi kami sebagai salah satu upaya penanggulangan Covid-19 di dusun
yang masih cukup tertinggal.
Dengan
dukungan dari pihak desa, kami diberangkatkan ke Dusun Nambadia. Perjalanan
yang cukup melelahkan dan memakan waktu kurang lebih dua jam.
Penasaran dengan bagaimana keadaan alam dan sosial Dusun Nambadia? Let me tell you
Dari balik gunung, kamu akan melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan lewat pantulan sinar matahari pada awan yang mengelabui langit biru. Sebuah fenomena yang akan kamu temukan dimana saja selama kaki masih berpijak di dusun ini.
Di dusun ini, kamu juga akan menemukan persaudaraan, keramahtamahan dan kesederhanaan. Berpapasan, bertegur sapa, dan berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain untuk berbagi cerita.
Masyarakat
dusun menerima kami dengan tangan terbuka, bahkan lebih dari apa yang kami
bayangkan sebelumnya. Masyarakat dengan tulus menerima dan mengikuti setiap
program yang kami jalankan, keterbukaan mereka membuat semua program kami dapat
berjalan lancar.
Pada pagi hari, setiap pintu rumah akan tertutup. Dusun yang sepi akan terlihat semakin sepi. Semua orang akan menghabiskan kurang lebih 8 jam dari waktu nya untuk bekerja di ladang atau kebun mereka.
Hasil
alam yang sangat banyak adalah salah satu kekayaan dari dusun ini. Hanya saja,
akses jalan yang susah menyebabkan sulitnya mendistribusikan hasil alam
tersebut ke pasar untuk diperjual belikan.
Selain hasil alam, perjalanan yang cukup memakan energi dan waktu ini juga menyediakan pemandangan yang asri dan sejuk di mata. Setiap membuka mata untuk memulai aktivitas, alam dusun ini selalu mengingatkan untuk bersyukur karena keindahan alam yang ada.
Program edukasi Covid-19 yang kami lakukan diterima dengan baik oleh masyarakat dusun. Mereka mendatangi posko kami pada malam hari setelah pulang dari ladang masing – masing. Kami berbagi informasi seputar pandemi Covid-19 beserta cara penanggulangannya. Percakapan berlangsung begitu seru, hingga kami hampir lupa waktu.
Selain program edukasi Covid-19, kami juga melakukan program mengajar di dusun Nambadia. Posko kami buka pada malam hari untuk adik – adik yang ingin mengerjakan tugas dan belajar. Mereka sangat antusias untuk belajar dan bersosialisasi dengan kami. Bahkan terkadang mereka merasa enggan untuk pulang ke rumah setelah belajar dan bermain.
Salah satu hal yang tidak akan bisa dilupakan dari dusun ini adalah perhatian yang begitu besar dari masyarakat bagi kami, seakan kami adalah orang yang sudah lama bermukim disana. Masyarakat memperlakukan kami seakan kami adalah anak dan cucu mereka.
Saat kami hendak pulang dari dusun ini, kami diberangkatkan dengan doa dan acara yang sederhana namun penuh makna. Bahkan kami diberikan jamuan makanan dan kata nasehat (poda). Hal ini membuat rasanya berat untuk meninggalkan dusun ini, seperti ada yang tertinggal namun bukan barang bawaan. Ada penggalan kisah yang tertinggal.
Jika ini adalah sebuah penelitian, maka hasil dari penelitian ini menolak hipotesis yang ada.
Sangat banyak kesan di balik kesederhanaan yang kami temukan di Dusun
Nambadia ini. Jika ada doa yang bisa kami haturkan, pastilah kami ingin
mengamini harapan masyarakat dusun untuk akses jalan dan sinyal yang lebih baik
ke depannya.
Dusun Nambadia adalah dusun yang kaya akan budaya dan peninggalan sejarahnya bahkan ada di sekitar posko kami.
Melalui artikel ini, saya dan tim juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak desa : Bapak Rolan Sinaga selaku pj Kepala Desa Sihotang Hasugian Tonga, Bapak Bernard Sinaga selaku Kepala Dusun Sosor Pasar, Bang Bornok Hasugian selaku Raja Huta Nambadia, dan tidak lupa kepada Bang Antoni selaku pengurus desa yang menanggung jawabi dan mendampingi kami selama kegiatan KKN berlangsung.
Melalui
artikel ini, saya dan tim juga ingin memperkenalkan dusun ini sebagai salah
satu dusun yang kaya akan alam, sosial, bahkan budaya. Semoga kelak dusun ini
semakin berkembang ke arah yang lebih baik.
mantap, tingkatkan terus kak.
BalasHapus